"Telah kutumpahkan air mata untuk memohon pada Allah SWT. Telah kubaca zikir demi zikir, shalawat demi shalawat, dan ragam kalimat thoyyibah..."
"Tapi kau merasa pintamu tak diijabah Allah SWT ?" potong Kiai Tawakkal.
"Enggèh, Kiai" jawab Kang Aqiel
"Lantas sekarang kau mau apa ? Protes pada Allah ?"
Kang Aqiel diam.
"Mohon nasehatnya,Kiai. Rasanya seperti memikul gunung Nogo menerima takdir ini.. Berat, berat, dan sungguh berat"
Kiai Tawakkal tertawa.
"Gusti Allah SWT. tak bisa kau dikte dengan kemauanmu. Ia tahu yang terbaik untukmu. Ia peluk engkau tanpa kau sadari. Kau harus bersyukur bahwa Allah SWT adalah Tuhanmu yang memilih kebaikan untukmu dengan ragam ketatapanNya. Kau harus bersyukur bahwa Gusti Allah SWT. bukanlah seperti bayanganmu yang bisa kau sogok dengan rangkaian amaliah yang menurutmu shalih, entah itu ritual zikir, shalawat, dan hal-hal lain. Kau lupa dan menganggap dirimu segalanya dengan amal-amal itu !
Bukankah zikirmu, shalawatmu, shalatmu, dan semuanya ada dalam kuasaNya. Ada dalam keMahaanNya ? Lantas apa yang membuatmu merasa bisa segalanya.
Misal kau shalat, itu bukan kebutuhan Allah tapi kebutuhan rohanimu. Sebab kebutuhan jiwa dan rohanimu dicukupi oleh Allah. Jadi kau harus bersyukur ketika Allah memberikan kesempatan padamu untuk shalat....
Senantiasa berhusnuddzonlah pada Gusti Allah SWT !
Segala yang kau rasakan saat ini anggap saja sebagai anugrah Allah yang hendak menggemilangkan kalbu syukurmu, sabarmu, dan ihlasmu !
Kelak anugrah terbaik akan kau terima beriring dengan kesiapan lahir batinmu. Paham ?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar