Beda Itu Biasa
Apa jadinya jika isi dunia ini sama ? Apa jadinya jika wajahku, wajahmu, wajah kita semua sama ? Apa jadinya jika pangkat dan jabatan semua manusia sama ? Apa jadinya jika harta kekayaan kita jumlahnya sama ? Apa jadinya, apa jadinya, apa jadinya jika tidak ada yang berbeda ?
Nah loh !
Misal ya !
Jika yang ada di dunia wajahku dan wajahmu sama. Wajah istriku dan istrimu sama. Wajah serta postur dan karakter anakku dan anakmu sama. Apa tidak mumet kepalaku, kepalamu, kepala istriku, kepala istrimu, kepala anakku, maupun kepala anakmu.
Silahkan bayangkan contoh yang lain.
Ahir-ahir ini ada banyak orang yang belum siap dngan kebhinekaan, belum siap dengan perbedaan, belum dewasa menghadapi keberagaman, dan belum mengerti arti kemajemukan.
Sikap belum siap berbeda terjadi di semua lini kebidupan. Dalam beragama, berpolitik, berprofesi, dan seterusnya sering orang ingin satu warna. Bahkan memaksa untuk sewarna. Karena keinginan berseragam dalam semua lini ditunggangi oleh ego, akibatnya juga menimbulkan sikap yang kacau. Biasanya, yang tidak sewarna, tidak sealiran, dan tidak sepilihan dianggap sebagai musuhnya. Meskipun di antara mereka ada pertalian darah.
Yang cukup unik, keinginan menyeragamkan sesuatu itu juga merasuk dan bertahta di dada orang-orang yang beragama untuk menyamakan amaliah furuiyah ibadahnya. Dan ini terjadi di semua agama. Dalam agama saya, Islam, pun lahir aliran-aliran yang berbeda-beda. Tak jarang perbedaan ini menghadirkan benturan yang tajam. Satu kelompok menuduh kelompok lain sesat. Tuduhan itu dibalas dengan tuduhan lain yang tak kalah sadis. Misal, kafir, musrik, ahli neraka dan seterusnya.
Dulu saya juga sempat berfikir. Masak umat Islam yang satu nabi dan satu kitab suci tidak bisa seragam dalam ibadah ? Rasa penasaran itu terjawab dengan ditemukannya sabda Rasulullah saw yang beragam dalam menanggapi satu kejadian. Dalam al Quran pun para mufassir sering berbeda dalam menafsirkan ayat yang sama. Dalam fikih, madzhab-madzhab para imam pun berbeda-beda. Dari sana saya temukan jawaban bahwa perbedaan itu adalah sunnatullah atau ketetapan Allah ! Kekecewaan akan dirasa demikian menyakitkan bagi yang ingin menyeragamkan segala sesuatu.
Dalam beragama, saya menyikapi perbedaan dengan simple. Selama rukun iman dan rukun islam kita sama, maka kita adalah saudara. Perkara ibadah furuiyah, ya tak apa berbeda !
Dan yang paling penting,,!!! Mari berbeda tanpa mencela. Mari berlainan pilihan namun jangan merendahkan.,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar